Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Maulana Qori Bangko

Senin, 27 September 2010

Kuliah Umum STAI SMQ Bangko 2010

Diberitahukan kepada seluruh Mahasiswa STAI SMQ Bangko, bahwa kuliah Umum Tahun Akademik 2010/2011 dilaksanakan pada:

hari/tanggal : Rabu, 29 September 2010
jam : 08.30 WIB - selesai
Tempat : Kampus STAI SMQ Bangko
Narasumber : Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd.
Judul : PENDIDIKAN SEBAGAI PENYANGGA PERADABAN BANGSA

demkikianlah dan terima kasih.

Kuliah Umum STAI SMQ Bangko TA. 2010/2011

PENDIDIKAN SEBAGAI PENYANGGA

PERADABAN BANGSA


Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd



 


 


 


 


 

A. Pendahuluan


 

Bangsa Indonesia kini, ibarat sebuah kapal yang sedang berlayar di tengah laut dengan gelombang yang besar dan tidak kunjung mereda. Berbagai permasalahan yang muncul silih berganti, hilang satu tumbuh seribu. Masalah ekonomi yang tidak kunjung bangkit dari keterpurukan, politik adalah beragam taktik untuk memenangkan diri atau sekelompok tanpa memperduli kebutuhan masyarakat secara umum, keamanan yang tidak mampu diberikan kepada masyarakat, di mana-mana perampokan dan pembunuhan. Semuanya dirasakan begitu dilematis dan rumit. Pelaksanaan pemilu yang diikuti oleh banyak partai di satu sisi membuka harapan dan di sisi lain membuka potensi kecemasan, gagalnya penegakan hukum, korupsi merajalela, kolusi dan nepotisme semakin mantap, kualitas pendidikan bangsa semakin terpuruk yang menempati level terendah di tingkat Asia tahun 2009, bahkan dunia urutannya yang 111 dari 177 negara atau berada setingkat di bawah Vietnam, dan masih banyak lagi persoalan berat nasional lainnya. Sementara globalisasi dan perdagangan bebas, AFTA, telah berlangsung dengan berbagai konsekuensinya. Mau tidak mau bangsa Indonesia dituntut siap menyambutnya, kondisi bangsa semakin terpuruk, karena miskinnya sumber daya manusia yang berkualitas, sumberdaya manusia yang tangguh, mandiri, dan berbudi. Inilah kondisi negeri kita sekarang yang menganaskan.


 

Di antara persoalan bangsa tersebut, yang dirasa meruncing adalah menurunnya matabat bangsa. Dengan menurunnya martabat bangsa ini, maka individu-individu dalam bangsa akan mudah tergelincir serta tersihir oleh berbagai pengaruh globalisasi. Jati diri bangsa akan mudah menghilang ditelan oleh gelombang mencuatnya dunia yang dikendalikan oleh sistem kapital. Pertarungan hebat demi memperebutkan kepentingan mondial, akan merengsek terus bagaikan air sungai yang mengalir tanpa henti.


 

Pembangunan ekonomi yang menjadi maskotnya pembangunan orde baru telah terbukti gagal. Korupsi merajalela, dari tingkat atas hingga bawah, semakin menguatkan saja bahwa sistem pemerintah dan pembangunan nasional sangat tidak sesuai dan tepat sasaran, rendah kejujuran masyarakat, kebiasaan buruk sikap menyuap, janji-janji yang kemudian dikhianati, individualisme, kualitas perorangan tidak menjadi indikator pilihan, pemegang jabatan minta dihormati dan tidak mengayomi masyarakat/bawahan, pemegang jabatan menonjol dalam bidang finansial, dan sifat-sifat buruk lainnya. Berbagai tingkah laku pergaulan generasi muda sekarang terlihat bebas, mudah meniru budaya asing, memburu hedonisme, atau memilih jalan pintas demi meraih cita-cita glamoritas, sungguh tampak semakin memprihatinkan. Dengan demikian betapa tragisnya hasil dari proses pembelajaran dan pendidikan di negeri tercinta zaman ini.


 

Mencermati persoalan tersebut di atas setidaknya dibutuhkan kepedulian semua komponen bangsa di dalam penataan dan pengembangan dunia pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan yang dibangun secara mandiri sebagai bentuk dari civil sociaty, sudah saatnya bangsa bergegas menata dan mengembangkan model edukasinya yang lebih menitik beratkan pada pembangunan peradaban. Kita harus banyak belajar dengan negara-negara lain yang telah maju dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas bangsanya, sehingga ia mampu berdiri sendiri atas kakinya sendiri dan kebijakannya merakyat serta peduli pada rakyat. Persiden Amerika Bill Clinton pada tahun akhir jabatannya (tahun 2001) mencanangkan akta di Amerika "no child left behind" atau tidak ada lagi anak-anak Amerika yang tertinggal dalam pendidikan. Jelas, lugas, dan tegas pemimpin suatu negara lain dalam membangun peradaban bangsanya. Dengan model pendidikan ke arah peradaban, diidealkan nantinya pendidikan mempunyai orientasi input-output yang jelas. Tidak hanya menjadi berkecambahnya lembaga-lembaga pendidikan, atau beragam gelar-gelar akademis, melainkan pendidikan yang peduli pada pembentukan sikap-sikap mental mandiri, siap menghadapi tanggung jawab, tahan banting, berorientasi kreatvitas dan bermoral tinggi. Kemudian dengan visi dan misi pendidikan sebagai penyangga peradaban ke depan, betul-betul memberikan arah pencerahan bangsa ini, sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju.


 

B. Visi dan Misi Peradaban Bangsa


 

Kondisi pendidikan di Indonesia secara kunatitatif mengalami kemajuan. Dengan berbagai usaha pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional sebagai perpanjangan tangan pelaksanaan kebijakan negara, baik pada pada tingkat ide ataupun konsep. UU Sisdiknas, otonomi pendidikan, anggaran alokasi 20% dari APBN, APBD untuk pendidikan, dan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perdebatan tentang dana pendidikan dari alokasi dana APBN dan APBD yang kemudian membutuhkan penafsiran MK, ternyata dana pendidikan 20% include gaji guru, semula 20% merupakan harapan besar dan kebanggaan dunia pendidikan Indonesia, sekarang hanya kita mampu menggelengkan kepala dan ternayata daerah telah menerapkannya, sebab penggajian menelan biaya besar atau belasan persen. Pendidikan hendaknya ditekankan untuk membangun manusia dan masyarakat Indonesia yang beradab, yang mempunyai identitas, berdasarkan buduya bangsa.


 

Untuk mencapai cita-cita tersebut perlu didasarkan pada Paradigma-Paradigma baru yang bertujuan untuk membentuk suatu masyarakat madani yang demokratis. Pendidikan harus bertolak dari pengembangan manusia Indonesia yang berbudaya dan berperadaban, mardeka, bertaqwa, bermoral dan berakhlak, berpengetahuan dan berketerampilan, inovasi dan kompetitif sehingga dapat berkarya secara profesional dalam kehidupan global.


 

Kejelasan visi sangat diperlukan karena ketiadaan visi menyebabkan kesimpangsiuran dalam upaya bangsa untuk menwujudkan suatu masyarakat Indonesia masa depan. Belajar dari negara lain yang telah lama mempunyai visi yang jelas untuk mengangkatkan harkat dan martabat pendidik dan tenaga pendidik seperti China dalam meciptakan pendidikan yang berkualitas terlebih dahulu memperhatikan kesejahteraan guru dalam berbagai lini Quality insurance; gaji, perumahan, kesehatan, dan lain-lainnya. Ternyata China berhasil dalam programnya dan berhasil menggeserkan negara-negara besar lainnya di dunia. Dalam Sains dan teknologi mereka telah mampu mengembangkan industri hulu dan hilir yang berkualitas, perdagangan produk China telah membanjiri pasaran dunia karena harga murah dan kualitasnya bersaing. Dunia akademisi, perguruan tinggi China sudah berdiri di jajaran depan pendidikan dunia. Prediksi ini sudah ada pada Nabiullah Muhammad SAW , "Tuntutlah Ilmu walaupun ke negeri China." China telah memberikan beberapa beasiswa kepada pelajar Indonesia dan pelajar negara lain untuk menimba ilmu di negerinya.


 

Semua upaya dan semua sektor pembangunan diarahkan kepada visi yang jelas sebagaimana amanat pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang merupakan cita-cita bangsa Indonesia. Demikian pula batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang sejahtera secara keseluruhan bukan kelompok. Selanjutnya, bangsa ini menginginkan terwujudnya suatu masyarakat yang demokratis, yang lebih mengutamakan persamaan hak dan kewajiban, serta memberikan perlakuan yang sama pada seluruh bidang-bidang kehidupan, ekonomi, sosial, politik, keamanan, pendidikan, dan lain-lain. Poin demokratis inilah yang secara politis menjadi salah satu dari indikator peradaban bangsa maju.


 

Peran pendidikan, ilmu dan teknologi terhadap peradaban, sebagai berikut;


 

  1. Pendidikan sangat menentukan kecakapan masyarakat di bidang keilmuan dan teknologi.
  2. Ilmu dan teknologi menentukan perubahan sosial dan perkembangan budaya masyarakat.
  3. Perubahan sosial dan perkembangan budaya masyarakat sangat menentukan peradaban suatu bangsa.
  4. Secara tidak langsung pendidikan sangat menentukan peradaban bangsa.


 

Umat manusia sekarang sudah memasuki abad 21 yaitu suatu abad yang berangkali tepat kalau disebut abad ilmu dan teknologi. Sebab umat manusia sepanjang yang dikenal oleh sejarah belum pernah mengalami perkembangan teknologi sepesat sekarang. Sesudah PD II, pengetahuan berkembang biak berlipat ganda dan tidak pernah terimpikan sebelum itu. Penyelidikan dan pembaharuan di lembaga, begitu juga orang-orang yang bekerja dalam bidang sains dan teknologi semakin bertambah.


 

Kemajuan dalam sains dan teknologi sangat mengagumkan, tetapi di samping itu juga mengkawatirkan dan mencemaskan karena bisa merampas kebahagian umat manusia. Teknologi adalah alat yang dipergunakan seseorang untuk kebaikan atau sesuatu yang bermanfaat dan juga dapat membunuh diri. Fakta lain yang muncul bersama dengan perkembangan teknologi yang pesat ini adalah semakin melebarnya jurang perbedaan antara segelintir kecil negara-negara kaya dan dua pertiga umat manusia yang masih berjuang untuk mengisi perut. Salah satu di antara sebab-sebab jurang perbedaan ini adalah pertambahan penduduk yang tidak diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, sehingga semua usaha untuk memperkecil jurang perbedaan antara negara-negara kaya dengan negara-negara miskin tidak pernah berhasil. Sehingga tepatlah bait lagu Rhoma Irama "yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin".


 

Apakah yang berlaku di bidang ekonomi juga berlaku di bidang pendidikan. Orang juga dapat berkata "yang pintar bertambah pintar dan yang bodoh tambah bodoh". Sekalipun selalu dilontarkan bahwa ilmu adalah milik bersama umat manusia, begitu dicetuskan dan keluar dari kepala sang ahli sains, maka ia menjadi miliki semua orang, artinya dari potensial. Tetapi praktik hanya segelintir bangsa saja yang berhasil menikmatinya.


 

C. Islam: Sumber Peradaban


 

Al-Qur'an menghadirkan tema-tema peradaban yang tidak dalam satu bentuk atau skala tertentu saja, juga tidak mengemasnya dalam pembahasan tunggal dan monoton. Tema peradaban itu dihadirkan sebagai sebuah visi global; sebuah landscape konseptual di atas nama satuan-satuan konsep lainnya atau sub-ordinat, konsep itu diletak secara proporsional. Pada dimensi ini kita bertemu dengan pembahasan-pembahasan tentang hakekat atau tujuan penciptaan manusia, makna kehidupan, posisi alam-khususnya bumi dalam konstelasi kehidupan manusia serta signifikansi agama dalam menata hubungan-hubungan interaktif ketiga anasir tersebut. Misalnya ayat-ayat berikut:


 

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu; orang yang akam membuat kerusakan padanya dan menumpah darah padahal kami selalu bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: " Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". "Dan jika ia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya kemudian mengemukakan kepada para malaikat. "Sebutkanlah kepadaKU nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar".

"Mereka menjawab "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana."

"Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama benda-benda ini." Maka setelah diberitahukan kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan."

"dan (ingatlah ketika) kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, ""Maka sujudlah mereka semua kecuali Iblis: Ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang kafir."

"dan kami berfirman: Hai Adam, diamlah oleh kamu dan isteri kamu di surga ini, dan makanlah makanan-makanan yang banyak lagi baik di mana saja kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang dzalim."

"Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan kami berfirman: "Tuhan kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain dan bagi kamu ada tempat keiaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."

"Kemudian menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat Lagi Maha Penyanyang." (Qs al-Baqarah: 31-37)


 

Ayat-ayat di atas secara lugas dan sederhana merekonstruksikan bangunan peradaban; ada manusia yang berperan sebagai khalifah, ada khalifah sebagai tujuan fungsional penciptaan manusia, ada bumi sebagai dimensi ruang persemian peradaban, ada pembuktian keunggulan kompetitif manusia atas melaikat yang membuatnya memiliki kualifikasi untuk menjalankan fungsi itu. Selanjutnya ada konflik antara manusia dengan iblis, lalu ada kejatuhan sementara yang disertai dengan peralihan medan konflik ke bumi, lalu ada proses "penerimaan kalimat" dari Allah sebagai petunjuk penataan peradaban dan akhirnya ada dimensi waktu sebagai batasan masa kerja.


 

D. Peradaban Islam dan Pendidikan


 

Agama Islam memberikan pandangan dunia, gagasan pengertian untuk kehidupan pribadi dan kehidupan bersama. Pada masa Khulafau al-Rasyidin maupun pada masa Umayyah serta masa Abasiyyah, dasar ideologi masyarakat maupun negara adalah Islam. Legitimasi dan otoritas penguasa hukum yang diakui secara resmi dalam negara, begitupun lembaga-lembaga peradilan, pendidikan dan sosial adalah berakar pada nilai-nilai Islam (Syari'ah). Sekalipun realita sejarah dan politik dari kehidupan Khalifah sering menghadapi keganjilan-keganjilan ditilik dari idea Islam, akan tetapi prinsip yang primer dari identitas politik maupun hubungan sosial tetap punya kaitan dengan syari'at (nilai-nilai Islam), baik komitmen umum maupun komitmen biasa. Idea Islam tetap sempurna, bagi seorang Mukmin watak Islam dalam sejarah Muslim dan kehidupan politik tidak rusak oleh perbedaan sejarah. Generasi Muslim yang belakangan, mewarisi pemahaman yang romantik dan idealistik mengenai watak sejarah politik Islam dan begitupun sejarah hukum Islam mengikuti apa yang dikembangkan oleh para ulama sebelumnya, disalurkan dan mempengaruhi karya-karya mereka, lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran keagamaan. Idea tersebut, sekalipun mengaburkan kebanyakan realitas sejarah Islam, memberi pola Islam yang mengilhami generasi-generasi berikutnya sejak dari gerakan membangkitkan semangat agama kembali pada masa sebelum Zaman Baru sampai kepada aktivitas-aktivitas politik Islam dewasa ini, yang berkeinginan mengejar keterbelakangan dan merealisir perpaduan politik dan agama sepanjang ajaran Islam.


 

Penyebaran nilai-nilai agama Islam dan perluasan pemahamannya menjadi hal yang pokok dalam peradaban Islam. Salah satu jalan yang bisa digunakan adalah melalui pendidikan. Pendidikan menjadi usaha yang dilakukan secara sadar dalam penciptaan masyarakat yang beradab berdasarkan kepada nilai-nilai agama. Sarana ini menjadi alat rakayasa yang menentukan maju mundurnya kehidupan masyarakat di masa mendatang karena kemampuannya mendorong individu dan masyarakat dalam peningkatan kualitas si segala aspek kehidupan.


 

Institusi pendidikan dalam Islam, telah sama tuanya dengan kemunculan agama ini sendiri. Pada awal pelembagaan, pendidikan formal yang sistematis belum terlaksana. Awalnya, agama Islam hanya diajarkan di rumah al-Arqam. Kemudian berkembang ke masjid di mana Rasul berkhutbah dengan menyampaikan mata pelajaran tentang wahyu dengan membentuk sistem khalaqah. Bahkan dari masjid ke masjid ini muncul dai-dai yang mengajar ajaran agama di belahan bumi bangsa Arab. Untuk mengajarkan baca tulis al-Qur'an dan dasar agama bagi anak, maka mereka ditempatkan pada tempat khusus yang dinamakan al-Kuttab. Hal ini berkaitan dengan ketenangan ibadah serta kebersihan masjid. Saat ruang masjid dipenuhi oleh banyak orang yang mendalami ajaran Islam. Maka dibangun ruang-ruang belajar di luar masjid seperti Ribath dan Zawiyah.


 

Pada abad 5 H/11 M, berdiri Madrasah Nidhamiyah yang didirikan oleh Nidhamul Mulk, Wazir Bani Saljuq (Turki). Timbulnya madrasah-madrasah di dunia Islam pada dasarnya merupakan pengembangan dan penyempurnaan terhadap Ribath dan Zawiyah yang berada di sekitar masjid. Walaupun madrasah di Nisyapur (Iran) lebih awal berdiri, namun belum dikenal.


 

E. Penutup


 

Pendidikan bertujuan membangun manusia dan masyarakat Indonesia yang beradab, yang mempunyai identitas, berdasarkan budaya bangsa. Untuk mencapai cita-cita tersebut maka perlu didasarkan pada Paradigma-paradigma baru yang bertujuan untuk membentuk suatu masyarakat madani yang demokratis. Pendidikan harus bertitik tolak dari pengembangan manusia Indonesia yang berbudaya dan berperadaban, merdeka, bertaqwa, bermoral dan berakhlak, berpengetahuan dan berketerampilan, inovatif dan kompetitif sehingga dapat bekerya secara profesional dalam kehidupan global.


 

Wassalamualaikum Wr Wb.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR BACAAN


 

Al-Qur'an dan Terjemahannya.


 

Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; Bulan Bintang, 1979).


 

Azymardi Azra, Jaringan Ulama, (Jakarta; Mizan, 1995).


 

Hasan Langgulung, Azas-azas Pendidikan Islam, Jakarta; Pustaka al-Husna, 1987.


 

--------------, Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta; Pustaka al-Husna, 1985.


 

http://cetak.kompas.com/read/2010/08/04/02410070/.wajah.muram.mdgs.di.indonesia.


 

HAR Tilaar. Pendidikan dan Kekuasaan, Suatu Tinjauan dari Persfektif Studi Kultural, Magelang Indonesia, 2003.


 

H. Soekarno, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung; Angkasa 1987.


 

Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; Hidayakarya, 1989.


 

John Esposito, Islam dan Politik, Jakarta; Bulan Bintang, 1990.


 

UUD 1945 Amandemen ke 1 s.d ke 4, Jakarta, Penerbit Fokusmedia, 2004.